Review Korean Drama My Golden Life Episode 4 (Part 1)

Awesome. The rating jump high 5% to around 28%. Saturday rating had increased too compared to last Saturday. First Saturday and second Satuday: 19% to 22% meanwhile first Sunday and second Sunday: from 23% to 28%. Saturday to Sunday also show the increasing so much. Seems everyday they reach higher and higher. How proud the fans is.

My Golden Life Episode 3 Part 1 dan Part 2

Ending episode kemarin memang pas banget buat bikin penonton penasaran kelanjutannya. Akankah Ji An mau pindah ke rumah keluarga kandungnya? Bagaimana dengan keluarga Seo sendiri? Pastinya shock. Di episode ini, karakter mereka akan diperdalam. Bertepatan dengan kabar mengejutkan dari Ji An...

Ji An masih tidak percaya dengan yang dikatakan Ibu meski pasangan suami istri di hadapannya mengangguk membenarkan. Ibu bercerita kalau dulu saudara kembar Ji Soo meninggal (Ibu, please. This is the truth?) dan mereka menemukannya di jalan pulang dari makamnya. Ibu mengaku tak tahu orang tua Ji An masih hidup. Ia beralasan pada Tuan Choi dan Nyonya No kalau ia tak bisa menceritakan pada Ji An sebelumnya karena Ji An pasti menganggapnya berbohong. Dengan begini, mengatakan langsung di depan mereka akan lebih mudah. Ia sendiri kemudian mengundurkan diri,  membiarkan Ji An bersama orang tua kandungnya. Ibu pulang ke rumah meninggalkan Ji An.

Putri Ibu jelas hendak menyusul. Panggilan Eun Sook yang ditujukan padanya oleh Tuan Choi dan Nyonya No tidak ia hiraukan. Bahkan ketika ia melihat mobil keduanya melewatinya yang duduk di halte bus, ia sontak berbalik ke belakang. Tak mau terlihat. Saya jadi ikut ngerasain keterkejutannya Ji An.

Saya nggak tahu akan berapa kali mengulang ini. Tuan Choi berkepala dingin sekali dan dia sangat mengenal istrinya. Dia tahu Ji An butuh waktu dan membiarkan istrinya makan. Ia bahkan menawari agar makanannya dipanaskan karena ia tahu istrinya tidak suka makanan dingin. Tuan Choi memang terkejut Nyonya No bahkan memberitahu orang tuanya, hingga Presdir No ingin sekali Ji An pulang ke rumah mereka. Tapi Tuan Choi tidak mempermasalahkannya. Bagaimanapun Tuan Choi adalah suaminya. Aih, karakter ayah-ayah di sini keren banget sih. Cuma Tuan Choi nggak terlalu romantis sih. Nyonya No nggak bisa ngerasain perasaan sayang padanya.

Ji An masih diberi waktu Ibu untuk berpikir mengenai keputusannya. Ibu akan menceritakan ke keluarga jika Ji An sudah mengambil keputusannya. Ji An pulang jalan kaki dengna lunglai. Ia baru menemukan tenaganya saat melihat si kakak tertua membuat rabokki (singkatan ramen dan teokpokki) untuk mereka. Rabokki? Saya baru denger sih. Hmmmm enak katanya buatan Ji Tae.

Sebagai kakak tertua, ia disuruh Ibu memasak ini kalau ia tidak ada di rumah. Untuk adik-adiknya yang kelaparan. Ji Soo dan Ji An jadi mengingat kebiasaan Ibu mereka yang tak pernah mengizinkan mereka makan di luar, makan makanan instan. Ia sendiri yang akan membuatkan mereka makanan. Jajan? No way. Saya suka banget cara Ji An dan Ji Soo menirukan omongan Ibu. Mirip hihihi. Apalagi sama ekspresi Ji Soo. Gemesin^^

Ji Tae juga yang katanya dimarahi waktu Ji An sakit. Ji An pernah mengeluh orang tuanya terlalu memperhatikan Ji Soo, eh besoknya dia malah sakit. Haha. Clue lagi. Pokoknya gitu deh. Ji An sayang banget sama keluarganya yang hangat meski tak terlalu berkecukupan. Lihat Ji Tae yang tersenyum saat mereka membicarakan kebiasaan keluarga. Dia tetap anak Ayah.

Beda sama keluarga yang hidup serba mewah, Do Kyung dan Seo Hyun yang makan tanpa ibu dan ayah mereka hari Sabtu itu. Dress Seo Hyun di sini kayak yang dipakai Jo Bo Ah di poster shooting Temperature of Love kemarin bukan sih? Oh ya, saya belum bilang kemarin kalau saya suka banget sama Shi Hoo yang jadi kakak di sini. Aura dewasanya kelihatan.

Selesai makan, di kamar Ji An menanyakan tentang perkembangan Mr. Sunnya JI Soo. Ji Soo menghela nafas tak ada perkembangan. Ji An lalu menyuruhnya menyerah. Ji Soo jadi kesal dengan kakaknya, berlakulah seperti kakak. Aw. Ji An mendekati adiknya, memberi petunjuk kalau Mr. Sun yang selalu menaiki sepeda mungkin tinggal di dekat situ. Cari saja perusahaan furniture dekat sana, pasti nggak banyak nama Mr. Sun yang sama.

Woah. Ji Soo kagum dengan ide kakaknya. Ji An menggodanya yang nggak bisa hidup tanpanya. Awwwww nggak kuat saya sama kakak-adek ini. Pas banget akting Hye Sun di sini. Ji Soo menghambur memeluk kakaknya erat. Rasa terima kasih yang sangat.

Tak lama, ada telepon masuk dari Do Kyung wkwk. Ji An masih ngambek, katanya nggak perlu ketemu dan dia Cuma minta nomer rekeningnya kok, eh malah telepon. Nggak jelas. Ia tak mengangkat telepon dari kontak yang bernama ‘korban’ itu :P

Do Kyung kesal diperlakukan demikian. Dia bukannya mau meminta Ji An membayar hutangnya, dia hanya mau mengatakan langsung baik-baik kalau mereka sudah nggak ada hutang lagi. Kekesalan Do Kyung ini lalu teredam saat orang tuanya tiba. Mereka akhirnya menceritakan bagaimana Eun Sook mereka temukan. Lihat bagaimana Da In duduk di sana. Udah seperti lady. Tegap banget. Ketika ia memotong penjelasan ayah mereka, ia ditegur Nyonya No dengan memanggilnya, Choi Seo Hyun. Ha. Apa-apaan? Ini keluarga istana?

Nyonya No jelas tak suka saat Seo Hyun bertanya lagi, apa Ji An bilang akan tinggal bersama mereka. Harus dong. Nyonya No bahkan sudah memanggil seseorang yang bertugas mengatur kamar Ji An nanti. Oke. Seo Hyun cemburu melihatnya. Tapi ia memperlihatkan wajah kesal.

Ji Ho menerobos masuk kamar kakak kembarnya dengan membawa sepatu yang ia beli untuk Ji An. Ia sudah hafal kebiasaan JI Soo yang sudah tidur jam segitu, jadi ia bertanya kenapa Ji Soo malah masih terjaga. Kemasukan apa? Haha. Ji Soo lagi nyari tempat kerja Mr. Sunnya. Dia mencium hadiah yang sengaja mau dikasih Cuma ke Ji An selagi ia tidur.

Eyyyyy...jangan berani-berani Ji Soo minta sesuatu padanya. Ji Soo bahkan nggak pernah memberinya 1 dollar pun. Ji Ho mengaku ia membeli sepatu tersebut dari uang saku yang diberi Ji An, meski kita tahu raut wajahnya menyatakan sebaliknya. Ji An begitu tersentuh dengan sepatu cantik (tanpa diskon pegawai) yang diberikan adik bungsunya untuknya. Ji Ho tahu sepatu Ji An sudah usang dan bukannya wanita selalu berkeliling dengan sepatu dan tas yang bagus? Ji Ho meminta kakaknya mengenakannya untuk interview. Im so done with this boy.

Kayaknya nggak ada yang tahu Ji Ho kerja paruh waktu di toko sepatu di mall. Nggak ada yang tanya apakah Ji Ho membelinya dari tempatnya bekerja. Kalo dipikir-pikir, Ji Ho juga nggak pernah diliatin masuk sekolah. Jangan bilang dia lebih milih kerja dibanding sekolah.

Ji Ho keluar sambil ngerap, nyari eommanya Yang Mi Jung. Udah lewat tengah malem tapi Ibu belum pulang?! Ke mana??? Oh Ibu...seperti menenangkan pikiran...

Ji An menjemput ibunya di dekat rumah dengan hanya mengenakan kaos tanpa lengan. Ibu yang melihatnya berseru marah. Ji An sudah wanita. Nggak tahu betapa bahayanya dunia di luar sana? Ibu nggak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Ji An menemuinya untuk mengatakan ia tak akan pindah. Mereka semua keluarganya selama 25 tahun dan akan terus begitu. Ibu pun mengeluarkan jurus terbaiknya. Lidah tajamnya meminta Ji An untuk mengurangi beban mereka. Satu orang cukup bagus.

Kalau Ji An pindah, beban mereka seperti berkurang. Apalagi menurut Ibu Ji An selalu mengeluh lelah karena tak pernah berhenti mencari kerja. Padahal penonton tahu Ji An bahkan tak pernah mengeluh. Namanya juga Ibu, bisa tahu perasaan anaknya meski tak terkatakan. Ji An menanggapinya tak santai. Jadi Ibu menganggapnya mengeluh? Bagaimana dengan Ji Soo yang tidak dimarahi saat mendapat nilai jelek, atau didiamkan karena hanya bekerja paruh waktu sampai sekarang? Apakah semuanya karena ia bukan anak Ibu?

Ibu mengaku dia tidak sengaja, tapi mungkin itu ia tanpa sadar melakukannya. Ji An sedih. Saya sedih juga karena Ibu kayak mengatakan yang berlainan dengan hatinya. Seolah berusaha membuat Ji An membencinya. Ji An merajuk pada Ibu untuk membiarkannya tetap tinggal bersama mereka. Namun Ibu menepis gelandotan tangan Ji An berjalan pergi. Dari belakang, Ibu tampak mengusap wajahnya. Menangis?

Ji An hendak membayar hutangnya pada Ha Jung. Ia disuruh Ha Jung ke kantornya saja. Ada pekerjaannya yang nggak beres. Eh? Masa sih. 

Do Kyung dikabari temannya kalau firasatnya benar mengenai orang yang berperilaku buruk yang berkumpul dengan mereka tempo itu. Sepertiya ada petugas bar yang sengaja mengumpulkan gosip buruk para anak chaebol dengan imbalas tips tertentu. Do Kyung jadi kepikiran sama Ji An yang nggak bisa dihubungi. 

Sesampai Ji An di kantor, auranya langsung canggung. Seniornya masih ada di sana. Ha Jung nyebar kabar kalau tugasnya nggak bisa bener karena pakai komputer Ji An. Ji An heran. Begitu dia lihat, ternyata cuma Ha Jung aja yang nggak ngerti tentang dokumen yang ia buat. Seharusnya Ha Jung bisa melihat nama kolom yang Ji An gunakan. Ji An menggunakan format horisontal yang menurutnya lebih mudah daripada format vertikal yang umum digunakan. Ia menggunakannya untuk dirinya sendiri kok. Kalau Ha Jung bingung seharusnya tinggal bikin aja yang baru. Tapi seorang Ha Jung malah menyalahkan Ji An karena hal sepele begitu.

Senior lain yang mendengar titik masalah sebenarnya balik memuji Ji An yang memang pintar. Tak pernah salah dalam pekerjaannya. Kopinya pun enak. Beberapa dari mereka kemudian minta dibuatkan kopi. Ji An senang mendengarnya dan bergegas melaksanakan apa yang diminta. 


Tak butuh waktu lama sampai Ji An sadar apa yang dilakukannya. Ia dulu melakukannya karena ingin menarik hati mereka. Sekarang untuk apa? Ha Jung yang datang menyindirnya membuatnya menyerahkan nampan berisi kopi pesanan mereka ke tangan Ji An. Ji An juga diminta membayar hutangnya pada Ha Jung.

Ji An memberi amplop yang hanya berisi seperlima dari yang seharusnya. Ji An waktu itu pede mau membayarnya karena ia lupa masih punya hutang dengan Do Kyung. Waktu itu sangat kacau sehingga ia tak bisa berpikiran jernih. Ji An harap Ha Jung mengerti kalau dia akan menyicil hutangnya setiap bulan. Kalau Ha Jung mau, dia bisa menuntutnya. 

Kita ke toko roti. Ada Ji Soo yang membungkus roti-roti baru matang dari oven. Bos Kang menyisakan satu di oven yang tidak ia ambil. Ji Soo tahu itu rotinya. "Gila!" seru Ji Soo saat menyicipi rotinya. 

Siapa yang nggak kaget rotinya dikatai gila haha. Rupanya itu bentuk pujian lain dari enak sekai. Ji Soo sudah kehabisan kata menggambarkan betapa enaknya roti buatan Bos Kang. Ia pun menebak bahan yang Bos Kang gunakan. Hanya satu bahan yang belum ia bisa tebak. Manis, tapi bukan gula. Bos Kang tetap tak mau menjawab rahasianya meski didesak.

Hihihihi Ji Soo emang pinter ngambil hati. Saya suka aktingnya Eun Soo >.<

Hyuk kepikiran Ji An. Dia tanya ke seniornya apa lowongan kerja darinya itu masih ada. Hyuk langsung menelepon Ji An, meminta ketemuan. Eh, noonanya malah telepon karena ada pelanggan yang mau beli barangnya. Hyuk jadi harus pergi ke kafe noonanya dan dikejar Ji Soo lagi LOL.

Hyuk  gemas noonanya tak bisa mengatakan hal sederhana yang ia ajarkan. Ia tidak mungkin bolak-balik karena noona tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Ia itu pengusaha dan sibuk. Kenapa noonanya masih takut dengan orang? Kejadian itu sudah lama. Kejadian apa yang membuat noona Hyuk seperti itu??? Penasaran. Terlalu banyak teka-teki di drama ini ngomong-ngomong -.-

Hye, barang furniture Hyuk murah sekali. Ia akan mengikuti berapapun penawaran pelanggannya karena yang membuatnya mengatakan hanya ingin agar barangnya bermanfaat untuk orang lain. So sweetnyaaaaaaa... Di sini Hyuk berpura-pura jadi agen perantara walaupun dia sendiri mah yang punya ide bikinnya. Tampaknya bisnisnya pun lancar.

2 Responses to "Review Korean Drama My Golden Life Episode 4 (Part 1)"

  1. Curiga sm Tn. Choi. Mungkin g ya dia yg membuat Eun Seok hilang? Waktu tau Ny. No udh cerita sama Ketua, dia kayak g suka... Trus sikapnya juga dingin2 aja waktu Ji An duduk di depannya. Beda sama Ny. No... Bukan cuma itu, bnyk kecurigaan sama Tn. Choi ini...

    ReplyDelete
  2. Bisa jadi...tapi saya ga sampai ngira ke sana karena motifnya blm nebak. Lihat tuan choi yg langsung nanyain ji an di mana waktu nyonya buka mata saya ga mikir tuan choi pelakunya. Harusnya kalo istri bangun kan ditanyain keadaannya dulu tp dia malah nanya anaknya...
    Drama ini pinter banget narik penonton lol

    ReplyDelete

I talked about my thought the most because I dont know the others mind^^ You can share your own here.

thank you very much for your comment. :)
Hope you can come back!!!

*Pssssst I'd like you to join my little survey here, wanna know from what fanbase you come.. so "who's your favorite actor/es from this drama?"