Review Jdorama Mother (2010) - Compared to Kdrama Call Me Mother (2018) Episode 1 Part 2

Not allowed to copy and repost these Little Thing's (ndyra.blogspot.com) posts to other site. Take out info and link with credit. 

Credit: NTV and tvN
Engsub by d-addicts

Review JDorama Mother Episode 1 Part 2

Nao ternyata menerima undangan pernikahan adiknya, Kaho. Nao tampak tak ragu memutuskan melingkari pilihannya. (Di Let Me Eat Your Pancreas juga ada bagian ini. Jadi yang dikasih undangan melingkari kesediaannya untuk hadir atau tidak di acara tersebut, terus dikirim kembali ke pengirim undangan) Ia mengambil bolpoin di tabung tempat tulis di dekatnya, menyebabkan tabung tersebut menumpahkan isi yang lain. Sehelai bulu putih. Lalu layar menampilkan bulu putih yang sama tergeletak di jalanan. Sudah menjadi kekuningan karena lama terpapar cuaca dingin. Bulu yang di Part 1 sempat diinjak para pencari Rena dan mungkin yang dipegang Rena di awal episode ini.

Lonceng gereja berdentang. Tulisan Mother berwarna putih bercahaya perlahan muncul di atas layar hitam. Huruf terakhir yang muncul dari sepenggal kata tersebut adalah huruf t yang seperti salib. Inilah Mother.

Ibu Nao habis memasak pasta. Ia mewanti Kaho yang mencoba gaun pernikahannya kalau sausnya mungkin akan menodai gaun tersebut. Kaho tak peduli. Ia malah bertanya balik pada Ibu pakah perutnya terlihat besar? Ibu santai menjawab, memang jadi lebih besar. Kaho cemas. Ibunya (calon suaminya) tak tahu dia hamil.

Saya suka banget sama ibu di sini. Ia bilang, toh nanti dia juga akan tahu jadi ceritakan saja. Tapi tentu Kaho tak mau. Ibu mertuanya nanti pasti akan berpikir, ia menggunakan bayi itu untuk memaksa Keigo menikah. Padahal emang bener haha. Ibu asyik memakan makanannya, saat Mei datang dengan riang, berlari ke arahnya untuk ikutan makan juga. Ia memuji pasta Ibu yang selalu enak.

Mei habis kencan kelompok tapi ia memakai pakaian resmi wawancara kerja. Ia datang ke rumah saat itu bersama pacarnya yang membawa sekotak kue (tart). Wkwk. Ibu heran, kenapa pacar Mei malah membiarkan Mei pergi ke kencan kelompok. Ia bercanda, menawari menikah dengannya saja kalau si pria tak keberatan dengan janda tiga anak.

Kaho lalu memungut balasan surat undangan yang sudah dilingkari oleh Nao. Ia baru ingat ia mengirimkannya. Ia lalu menunjukkannya pada Ibu dan Mei. Mei kaget Nao tak menghadiri pernikahan saudaranya sendiri. Ibu berhenti makan, mengelap bibirnya, menatap kartu balasan itu serius.

Di versi Korea jelas nggak ada adegan di atas karena adik tertua Soo Jin seperti yang saya bilang sudah punya dua anak kembar. Diganti dengan percakapan ibu Soo Jin yang seorang artis bersama managernya (?)  membicarakan Soo Jin. (Adegan ini baru ada di part 4, berarti sekitar menit ke-40.an versi remake) Ibu Soo Jin meminta Jae Beom ahjussi mencarinya hingga ketemu. Putri sulungnya, Yi Jin yang tak sengaja mendengar dari luar ruang make up, jadi masuk dengan kesal. Sudah nggak menghubungi 10 tahun masih saja dicari. “Dia tetap kakakmu meski dia menghubungi kita atau tidak. Tunggu sampai kita menemukannya.”

Oke. Jadi baru di menit sepuluh kedua di versi ori diperlihatkan Nao melihat pergerakan burung lewat sistem Argos (satelit) yang sedang dilakukan oleh seorang peneliti pria di Sapporo Chikusan. Peneliti ini mengikuti burung elang laut berekor putih dan angsa Whooper. Ia mengajak Nao bekerja bersama mereka di sana. Sayang sama kemampuan Nao yang tidak dipergunakan, malah jadi guru SD. Ia yang akan membicarakannya dengan Profesor. Nao berterimakasih :)

Di versi Korea yang diperlihatkan melihat pergerakan ini dengan teknologi lebih canggih adalah Soo Jin.

Di jalan pulang, Nao menerima telepon dari ibunya tapi tak ia angkat. Ibu berpikiran positif pasti Nao punya alasan.

Kaho mengingatkan. Camernya tahu kalau ia punya dua saudara perempuan. Nao tidak boleh tidak datang. Ibu menenangkan Kaho. Ia akan bicara padanya. Meski begitu, Kaho sebenarnya sudah tahu Nao tidak mengangkat kalau ibunya yang menelepon. Ia meminta Mei saja yang menelepon Nao.

Pacar Mei berkata ia belum pernah bertemu Nao. Mei membenarkan kalau itu karena Nao pergi ke Hokkaido sejak 10 tahun lagi dan belum kembali. Di tahun baru saja tidak. Ia mengajak pacarnya untuk menemui Nao bulan April nanti setelah mereka sudah selesai dengan wawancaranya (perusahaan di Jepang hanya merekrut lulusan di musim semi). Apalagi katanya pacarnya belum dapat tawaran (balasan kalau diterima) pekerjaan pula hehe. Ngenes. Kaho setuju. Coba bujuk Nao, katanya. Ibu tampak berpikir.

Nao sampai di Muroran malam hari, tapi ia melihat Rena (dengan jaket merah dan syal biru muda yang ia kenali) berjinjit, melompat-melompat melihat ke lubang masuk kotak pos pinggir jalan. Nao melihat jamnya heran. Ia lalu masuk ke sebuah kafe (dengan pencahayaan tak begitu terang) dengan pintu yang memiliki lonceng sehingga berdentang saat ada pengunjung membukanya. Rena yang juga sudah beralih kotak pos dekat sana sambil membawa sebuah kotak tertutup kain agak tebal, tertarik.

Tidak diperlihatkan Soo Jin berjalan malam hari. Ia hanya sudah ada di sebuah kafe dengan pencahayaan yang cerah menikmati pizzanya. Sementara sebelum itu, Hye Na diperlihatkan duduk membaca mengeja (duh, saya banget sih yang ngeja hangeul!) pamflet dengan lampu senter ditemani hamster di sampingnya. 

Ia berjalan ke sana, memperlihatkan diri di jendela dekat Nao duduk. Tersenyum melambai. Klang klong...klang klong... Ia menirukan bunyi lonceng saat ia menggerakkan pintu kafe. Pemiliknya tertegun. Anak kecil itu langsung masuk saja membawa kandang hamsternya, menghampiri sang ibu guru yang tengah membuka profil Universitas Sapporo Chikusan yang tadi diterima.

Soo Jin dengan lampu senter menyorot ke wajahnya berdiri tersenyum di samping jendela Soo Jin. Ibu terkejut ya?

Rena meletakkan kandang Suzu di bawah. Ia berkata ia suka suara (lonceng) itu. Dan juga ibu guru. Ia mengatakannya sambil duduk manis di hadapan Nao. Ah...coba ia melihatnya. Nao pergi ke belakang Nao, melihat bagian botaknya? Ia penasaran apa itu tertutup dengan baik. Haha

Nao risih juga. Ini sudah jam 8 dan ia ingin makan, katanya. Daijobu. Rena juga punya uang untuk makan. Satu koin ia letakkan di meja. Ia mengangkat tangannya yang kecil, berseru mengatakan pesanannya. Krim soda kesukaannya.  (Gemes!)

Begitu pesanan datang, Rena mengaku krim soda adalah makanan kesukaannya. Ia memakan (es) krim di atasnya dengan senang. Nao membenarkan, krim soda bukan makanan, tapi minuman. (Duh ya yang udah liat sampe akhir bakal trenyuh. Rena itu sama seperti ibunya t.t Cute)

Hye Na berkata sudah sering berjalan sendirian sejak berusia 5 tahun. Hye Na bercerita Ibunya belum pulang saat ditanya Soo Jin. (Kelihatan versi Koreanya bisa membahas sedetail ini) Baru setelah itu Soo Jin melihat jamnya.

Hye Na membuka bungkus roti kacang merahnya dan sebelum mulai makan ia menawari gurunya. Soo Jin mengaku ia tak suka roti kacang merah. Soo Jin mulai makan dan melirik ke arah pizza yang dimakan Soo Jin, sayang...padahal enak. (DAMN! GOOD!!! Kodenya dapet banget!) Soo Jin pun menawari Hye Na. Hye Na menutup bungkus rotinya dan makan.

Rena tertawa, hingga badannya bergoyang ke belakang meski tak sampai ke sandaran kursi. Rena menirukan perkataan dingin Nao. “Itu minuman.” Menurutnya, Nao lucu. 

Hye Na berinteraksi dengan hamster di sampingnya membuat Soo Jin tersenyum dan inilah yang menarik Hye Na berkata ia suka. (Di sini saya lebih suka versi ori karena Nao tampak lebih dingin sesuai karakternya wkwk) Hye Na mulai menulis di catatannya (natural versi Korea) membuat Soo Jin penasaran.

Nao tidak membenarkan. Rena meletakkan sendoknya. Ia bertanya apa Nao marah sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya. (Benar-benar anak kecil^^) Nao berkata ia memang terlahir begitu. Ia tidak marah. Rena melihat alis Nao sampai akan bersentuhan kanan dan kiri wkwk. Tapi nggak lagi kok. Ia lagi-lagi berkata Nao lucu.  Sangat lucu.

Rena bertanya lagi. Nao memutus, tanyakan saja besok. Rena tak berhenti, apa bu guru tak menyukainya? Nao bilang jujur tak suka anak-anak. Rena bete. (Lucu hahahahaha) Terus kenapa jadi guru SD? Nggak ada pilihan lain (LOL). Uuuuuu dengan bibirnya masih rapat, Rena menanggapi. Ia kemudian menunjukkan hal lain. Catatan kecil hal-hal yang disukainya. (Catatan ini bersampul stiker? Berwarna dan ramai khas anak-anak)

Hye Na menjawab, buku tentang apa yang ia suka. Jika ia menulis hal-hal yang ia suka seperti itu, ia tak akan melupakannya dan ia akan dapat membacanya kembali ketika butuh. Seperti kulkas. (cara bicara Hye Na dewasa sekali) Soo Jin baru kemudian bertanya apa saja yang ditulis Hye Na di sana.

Ia berganti duduk di samping Nao. Membacakan setiap hal yang tertulis di dalamnya. Halaman demi halaman. Kursi berputar.  Jalan menurun yang berkelok. Gema di kamar mandi. Bertatapan mata dengan kucing. Melihat Suzu makan biji bunga matahari. Suara saat berjalan di salju. Awan di langit malam. Krim Soda. Tulis apa yang kau suka. Jangan menulis apa yang tak kau suka. Nao menoleh. Rena melanjutkan, jangan berpikir tentang apapun yang kau benci. Pikirkan hanya hal-hal kesukaanmu, dan bukan yang lain. Oke?

Jalan menurun yang berkelok (sama. Rumah kedua versi memang memiliki jalan menurun/landai yang berkelok). (Bersamaan dengan Hye Na menyebutkannya, layar memvisualisasikan apa yang Rena maksud) Tas besar (kopor) dengan roda. Ketika balon-balon menjadi lebih besar dan lebih besar. Kunci dan anak kunci. Cofee latte (minuman yang diminum ibu Hye Na. Ganti krim soda) - yang pas mengisi cangkir Soo Jin malam itu. Soo Jin tak jadi menegaknya. Terkejut. Ia lalu bilang tak boleh anak-anak meminumnya. Mereka nanti tak akan bisa tidur nyenyak, tak baik pula untuk otak, dan mereka tak bisa tinggi.

Nao bingung. Memangnya untuk apa? Nao menjawab pinter banget. Jika kau melakukannya, itu akan menghilang (sambil menunjuk belakang kepala Nao). Ia lalu bertanya balik apa kesukaan Nao. Begitu Nao menjawab, anak yang diam, Rena membentuk tanda oke dan tersenyum. Ia mengerti.

Hye Na balik bertanya, lalu apa yang disukai Bu Guru. Soo Jin menjawab jujur, makan sendirian dengan tenang. Mendengarnya Hye Na reflek menutup mulut menyembunyikan ledakan tawanya. Soo Jin juga tersenyum.

Rena beralih memberi makan Suzu dengan kepingan coklat putih (?) hiasan krim sodanya yang sebelumnya ia sisihkan. Tak sengaja Nao melihat luka lebam Rena yang terlihat di lengan bawah anak kecil itu (natural). Nao penasaran tapi ia malah bertanya hal lain.

Soo Jin mengeluarkan gunting kuku yang di Part 1 dibelinya untuk Hye Na. (versi Korea sudah memperlihatkan perhatian Soo Jin untuk Hye Na) Ia meminta Hye Na mendengar apa yang ia katakan soal waktu menggunting kuku, mencuci rambut, mengelap mulut, juga berganti pakaian. Karena anak yang kotor akan dibuli. Mereka seperti memberi tanda kalau tak ada yang merawat mereka, sasaran empuk para penjahil. (Di sini Soo Jin sudah bertindak seperti ibu sekali) Soo Jin menegaskan kalau tak ada orang yang merawatnya maka Hye Na harus mandiri. Banyak anak-anak seperti ini, katanya (hmmmm masa lalu?).  Ia membantu menggunting kuku Hye Na setelahnya.

Nao ingin tahu kenapa Rena berdiri di dekat kotak pos. Rena seperti tak menjawab pertanyaannya. Ia malah bercerita, Nao lihat cahaya yang berputar biru dan merah di sana (di luar jendela)? Jika ia lebih dekat melihatnya, sekali sehari kau akan melihat ada sebuah cahaya kuning. Dan Jika kau berharap saat melihatnya, permintaan tersebut akan terwujud. (Ada yang tahu maksud Rena apa?)

Nao menyalakan senternya yang memancarkan sinar putih dengan bintang biru di tengah lingkarannya. (benar-benar punya anak kecil) Ia mengucapkan salam perpisahan ketika Nao berkata akan mengantarnya pulang.

Ada seorang Nenek yang melihat Soo Jin menggunting kuku Hye Na dan mengatai Soo Jin jahat pada ibunya dan malah mengurusi anak orang lain. Nenek ini seperti merutuk Soo Jin yang pantas hidup sendiri selamanya tanpa memiliki anak. Tak ada adegan menawari pulang karena hal ini. Saya nggak tahu si Nenek ini siapa haha.  

Rena menyenteri barang buangannya yang tadi ia ambil sudah ada di luar lagi. Ia juga menyenteri sepatu sandal hitam yang ada di sana.

Hye Na pulang dengan langkah ringan, tapi ia membeku saat mendapati sepatu pria di pintu masuk. Ia melihat pria itu sedang bermain game komputer dan berjalan sesunyi mungkin. Sayang, ia tak sengaja menjatuhkan sesuatu yang menimbulkan bunyi menarik perhatian si pria. (Adegan pertama yang memperlihatkan si pria baru diperlihatkan di sepuluh menit kedua. Saya lebih ngerti tindakan Hye Na ini daripada Rena yang menyapanya)

Adegan berikutnya sama. Bu Guru mendapati murid mereka yang satu ini tak ada di kelas. Masuk UKS. Pic menyusul.

Oh ya, poster utama kedua drama ini berbeda. Di versi ori, posternya seperti gambar kasar. Nao menggandeng Rena yang membelakangi penonton di sampingnya. Sementara di versi remake, Soo Jin terlihat memeluk Hye Na tanpa terlihat wajah Hye Na. Heo Yool memang terpilih audisi, jadi sperti kejutan wajahnya tak ditunjukkan di poster. Atau entah kalau ada tujuan lain.

“Bukan Mom, atau Mommy, tapi Mother.” Kesannya dalam... –Lee Hye Young di Presskon, diterjemahkan Showbiz Korea.

Selanjutnya: Review Jdorama Mother (2010) Episode 1 Part 3

0 Response to "Review Jdorama Mother (2010) - Compared to Kdrama Call Me Mother (2018) Episode 1 Part 2"

Post a Comment

I talked about my thought the most because I dont know the others mind^^ You can share your own here.

thank you very much for your comment. :)
Hope you can come back!!!

*Pssssst I'd like you to join my little survey here, wanna know from what fanbase you come.. so "who's your favorite actor/es from this drama?"